Alamat & Contact

Komp. Griya Alam Sentosa Blok V5/01, Cileungsi, Bogor HP: 081217214788 atau 081311547534 View Larger Map

Pembeli yang datang ke rumah

Selain pengiriman menggunakan jasa JNE kami juga Welcome bagi yang ingin berkunjung ke rumah di Cileungsi Kab. Bogor.

Saat di Pagaralam

Pwerkebunan kopi berada di atas bukit dan terhampar luas.

Kunjungan ulama Malaysia

Serombongan ulama dari negeri jiran berkunjung untuk mengetahui proses kopi luwak, tujuannya adalah untuk kajian kehalalan kopi luwak.

Kopi Luwak Sachet

Kami sediakan juga dalam bentuk kopi luwak murni dalam sachet dengan berat 10 gr, cukup untuk minum satu cangkir.

Produsen Kopi Luwak Kewalahan Penuhi Permintaan Ekspor


Produsen kopi luwak kewalahan menerima pesanan yang terus berdatangan. Ujungnya, produsen mulai mengurangi jumlah pasokan ekspor untuk menjaga agar konsumen tetap loyal. “Itu dilakukan karena memang produksi kami terbatas,” kata Danu Rianto, Direktur Operasional PTPN XII di Jakarta, Kamis (29/10).
Danu bilang, permintaan yang tinggi datang dari beberapa negara, seperti Jerman, Jepang, Amerika Serikat dan Eropa lainnya. Sementara itu, kemampuan produksi dari PTPN XII hanya mampu mengeskpor 2 ton per bulan.
Memang, kopi Luwak mengalami keterbatasan produksi karena proses fermentasi kopi itu yang harus dilakukan di dalam perut binatang Luwak. Sehingga, proses produksi hanya bisa dilakukan dengan cara budidaya binatang Luwak dan mencarinya di hutan, tempat dimana mereka tumbuh dan berkembang.
Kopi luwak memang memiliki ciri khas tersendiri, baik secara proses serta citarasa. "Bisa dibilang, kopi ini merupakan yang termahal karena harganya per kilogram mencapai Rp 1,3 juta," kata Danu.
Ketua Asosiasi Petani Kopi Luwak Indonesia, Didiet Arry Suparno menyebutkan, jika produksi kopi luwak nasional hanya mencapai 200 ton pertahun. Akibat produksi yang terbatas dan naiknya permintaan, ekspor kopi luwak sengaja dibatasi oleh produsen.
"Kalau mereka mintanya 100 kg, maka saya cuma berikan 30 kg saja," kata Didiet yang mengaku perusahaan hanya mampu memproduksi 200 kg kopi Luwak perbulan. Memang, ceruk pasar ini sangat terbuka karena banyak pembeli dari luar negeri.
Bukti ketertarikan pembeli dari mancanegara tersebut terlihat dalam pameran Trade Expo 2009 di Jakarta International Expo Center. Stand kopi Luwak milik PTPN XII tersebut ramai dikunjungi oleh pembeli asing.
Sayangnya, data Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) menunjukkan, nilai perdagangan yang dihasilkan dari komoditas kopi hanya mencapai US$ 12 juta, atau 0,78% dari total transaksi di hari pertama TEI.

Hamparan Kebun Kopi di Perbukitan Pagaralam, Sumsel

Pagaralam, suatu kota di Sumsel. Kebetulan istri berasal dari sana. Ini adalah saat saya pulang kampung dan naik ke bukit untuk melihat kebun kopi yang dimiliki kakak ipar saya, wuuiihhh lumayan cape juga sampai ke atas (gak kebayang gimana kalo beberapa kali turun naik bukit dalam seminggu).

Dari atas bukit terlihat hamparan kebun kopi yang luas. Memang sebagian besar petani menggantungkan hidupnya dari hasil kopi.






 Kakak ipar saya seorang petani (ya iyalah... masa seorang pelaut..heheh) yang handal dan punya kebun kopi yang cukup luas,
dia mengerti benar masalah seluk beluk kopi, termasuk kopi yang dihasilkan Luwak (di sana disebutnya Musang).
Dari dia juga kopi luwak dikumpulkan dan dikirm ke kami.


 
Design by fthemes
Bloggerized by Seo Lanka and Blogger Template